Sabtu, 18 Februari 2012


MAKALAH

“COSTUMER CULTURE




Disusun Oleh :

Nama : Ukas A.H
N I M : 2101391570



Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STiPRAM)
Yogyakarta

TAHUN 2011


SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO
(STiPRAM) YOGYAKARTA
2011







BAB I
PENDAHULUAN


Krisis ekonomi global yang melanda dunia belakangan ini turut memberikan dampaknya terhadap Indonesia sebagai Negara berkembang yang memiliki banyak perusahaan yang melakukan perdagangan tidak hanya dalam negeri tapi juga ke luar negeri. Akibatnya banyak perusahaan baik lokal maupun internasional yang selama ini memiliki kinerja & performa yang baik pun ternyata ikut terkena imbas krisis ini. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal. Pertama dimulai dari nilai tukar rupiah yang naik turun, khususnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.Nilai dolar Amerika yang begitu tinggi sering menjadi patokan dasar, sehingga menyulitkan perusahaan untuk melakukan penjualan maupun pembelian ke luar negeri, Perusahaan memerlukan dana yang besar untuk membeli produk di luar negeri, namun ketika akan menjual kembali di dalam negeri, sulit untuk menyesuaikan dengan harga beli yang menggunakan dolar sementara penjualannya menggunakan rupiah. Di sisi konsumen, dengan pendapatan yang tetap alias tidak ada kenaikan, maka mereka pun akan mengurangi pembelanjaan mereka, akibatnya bagi perusahaan permintaan konsumen terhadap suatu produk menjadi berkurang.
Kedua hal tersebut di atas cukup membuat perusahaan yang tidak memiliki pondasi manajemen yang kuat bisa menjadi goyah. Apalagi jika modal yang dimiliki tidak besar, maka sangat sulit untuk bertahan. Cara yang paling sering dilakukan adalah dengan mengurangi jumlah karyawan, dengan kata lain melakukan PHK besar-besaran untuk menurunkan biaya operasional perusahaan.
Untuk menjadi sebuah perusahaan yang tetap eksis dan bertahan dalam krisis ini tentunya bukanlah perkara yang mudah, karena selain modal yang besar dan kuat, perusahaan harus memiliki manajemen dengan strategi yang cemerlang pula. Terlebih bagi perusahaan yang baru, harus bisa melihat kesempatan dan peluang pasar yang ada, agar bisa masuk dalam sebuah industri. Manajemen pemasaran harus membuat perencanaan yang matang agar nantinya produk yang akan ‘dilempar’ ke pasar menjadi produk unggulan, selain itu kepekaan produsen suatu produk juga merupakan ujung tombak untuk tetap mempertahankan kepercayaan serta menambah konsumen serta meningktakan produktifitas demi eksistensi perusahaan di era persaingan yang begitu ketat. Untuk melaksanakan manajemen pemasaran tentunya harus diperlukan manajemen sumber daya manusia yang cakap dan memiliki keahlian. Hal ini penting karena semua perencanaan yang telah di susun harus bisa di implementasikan demi mencapai tujuan utama perusahaan secara efektif dan efisien.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen.
Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

B.     Budaya

Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan secara bersama dalam organisasi tersebut dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam keterlibatan karyawan tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi.
Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan/berfungsi dengan baik, maka dipandang sah, karenanya dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagaicara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi oleh Shein (1985-1990)
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan oleh R. Soekmono.
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar oleh Antropolog Koentjaraningrat.
Walaupun demikian, menurut Kluckhohn (1951) hampir semua antropolog Amerika setuju dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya yang berjudul Man and His works tentang teori kebudayaan yaitu:
1.      kebudayaan dapat dipelajari
2.      kebudayaan berasaal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah eksistensi manusia.
3.      kebudayaan mempunyai struktur
4.      kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek
5.      kebudayaan bersifat dinamis
6.      kebudayaan mempunyai variabel
7.      kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah
8.      kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti kesan kreatif.
C.    Perilaku pelanggan
Identifikasi perilaku pelanggan adalah suatu usaha untuk mengidentitikasi pelanggan dilihat dari sudut perilaku dengan memperhatikan faktor-faktor yang melingkupi diri pelanggan baik sebagai individu, maupun sosial, setelah dapat diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah memotivasi  dengan menggunakan media promosi  agar dapat melakukan pembelian produk seperti yang ditawarkan.

Pelanggan adalah mahluk indvidu sekaligus sosial, maka faktor-faktor yang melingkupinya akan dibahas sebagai berikut :
1.      Individu
a.       Belanja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri
b.      Mengharapkan kepuasan pelayanan dan produk
c.       Kelas sosial, di antaranya dilihat dari tingkat penghasilan dan pendidikan
d.      Pembelian dipengaruhi situasi dan kondisi serta daya beli dari individu
2.      Lingkungan keluarga
a.       Belanja mewakili keluarga, meskipun dilakukan seseorang
3.      Lingkungan masyarakat
a.       Belanja produk secara psikologis dipengaruhi lingkungan tempat tinggal atau tetangga lingkungan  perumahan
b.      Produk yang dibeli dipengaruhi  gengsi
4.      Budaya kota dan desa
a.       Budaya Kota
1)      Pembelian produk lebih terpengaruh pada media promosi ( TV, Koran, Majalah, internet )
2)      Pembelian produk sesuai dengan lingkungan perkotaan
3)      Informasi tentang produk tersedia, dan diketahui dengan cepat
b.      Budaya Desa
1)      Pembelian produk kurang dipengaruhi media promosi
2)      Pembelian produk sesuai dengan lingkungan pedesaan
3)      Informasi tentang produk lambat diketahui, kurang cepat tersedia
4)      Sumber informasi dalam jumlah terbatas
5.      Ekonomi
a.       Orang yang berhasil dalam usaha atau profesinya sehingga tingkat ekonominya dikatakan kelas menengah,cenderung memiliki kebutuhan yang beragam.
b.      Para pekerja standar, hanya sedikit di atas garis kemiskinan
c.       Pekerja tidak tetap atau tidak memiliki pekerjaan

6.      Idiologi/Agama
a.       Pembelian produk mengacu pada Idiologi/ agama yang dianut
b.      Pembelian perlengkapan ritual/upacara agama.

7.      Tata Nilai
a.       Pembelian produk mengacu pada tata nilai budaya yang melingkupi seseorang
b.      Tata nilai tiap orang yang berasal dari daerah yang berbeda akan menampilkan pola pembelian yang berbeda
c.       Nilai budaya Indonesia akan berbeda dengan orang luar negeri, menyebabkan pola konsumsi yang berbeda pula

8.      Status sosial
a.       Status sosial akan mempengaruhi pembelian produk
b.      Setiap penyandang status sosial yang  berbeda, pembelian produk berbeda pula
c.       Seiring naiknya pendapatan seseorang, maka pembelian akan meningkat
D.    Perilaku konsumen
Adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.Dua wujud konsumen
Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.


E.     Costumer Care
      Costumer care adalah kepedulian dari perusahaan (organisasi) kepada pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepuasan  agar mereka selalu loyal pada perusahaan (organisasi) Atep Adya Barata (1992:77).
Sedangkan menurut Retno (2004:3) Costumer culture adalah “memelihara dan mempertahankan pelanggan dan menambah pelanggan baru”
Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Costumer Care adalah pelayanan yang bukan hanya sekedar memberi suatu layanan melainkan memerlukan sedikit pelayanan yang ekstra dalam mempertahankan dan menambah pelanggan baru yang sesuai dengan harapan pelenggan tersebut yaitu mendapatkan pelayanan yang terbaik.

F.     Costumer Service
Adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan melalui pelayanan yang diberikan seseorang secara memuaskan. Pelayanan yang diberikan termasuk menerima keluhan / masalah yang sedang dihadapi.
 Seorang Customer Service harus pandai dalam mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh tamunya.



BAB III
PENUTUP

            Tidak seharusnya krisis ekonomi membuat perusahaan-perusahaan lokal terpuruk, karena buktinya masih ada perusahaan yang justru mampu mendulang sukses pada masa krisis seperti sekarang.
            Kesuksesan perusahaan berkat kemampuan manajemennya melihat peluang pasar yang ada dan mencari celah target sasaran yang ada di pasar. Walaupun produk yang di ciptakan sudah ada di pasar bahkan merupakan waralaba milik asing, namun tidak seharusnya  membuat kita pesimis. Bukan hanya peluang yang ada tapi di tunjang dengan adanya manajemen pemasaran dan sumber daya manusia yang handal. Hal ini tentunya bisa menjadi motivasi bagi pengusaha-pengusaha lokal yang ingin bisa bertahan dalam dunia persaingan yang begitu ketat. Terlebih perusahaan asing memiliki modal yang lebih besar, tenaga ahli yang lebih handal serta teknologi yang lebih canggih pula. Dengan demikian akan membuktikan bahwa para pengusaha lokal memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan para pengusaha asing.




DAFTAR PUSTAKA

Helfin Frinces. 2007. Strategi konsepsi memenangkan perang bisnis. Mida Pustaka, Yogyakarta.
Ukas. 2011. Standar Pelayanan pada Signature Restaurant. STiPRAM Yogyakarta, Maret 2011.
Wikaningtyas, Suci U. 2001. Menciptakan kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan. Jurnal kajian bisnis no 23, Mei-Agustus.
http// lintasinfo.blogspot.com
www. Kapanlagi.com
www. Google com

Pencegahan & Pemadaman Kebakaran


TUGAS MATA KULIAH HOTEL ENGINEERING
PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN”





Disusun Oleh :

Ukas A.H
2101391570



Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STiPRAM)
Yogyakarta

TAHUN 2011




A. Pendahuluan. 
Pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya kebakaran  adalah karena : adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat, kebakaran merupakan  peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan  demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar  jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat  dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Melalui makalah ini  diharapkan pembaca mampu : mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan  tempat kerjanya dan melakukan upaya pemadaman kebakaran dini.
Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan (yang dapat ter)bakar; suhu  penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya  kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya.

B. Pengendalian bahan (yang dapat ter)bakar
Untuk mengendalikan bahan yang dapat terbakar agar tidak bertemu dengan dua  unsur yang lain  dilakukan melalui identifikasi bahan bakar tersebut. Bahan bakar dapat  dibedakan dari jenis, titik nyala dan potensi menyala sendiri. Bahan bakar yang memiliki  titik nyala rendah dan rendah sekali harus  diwaspadai karena berpotensi besar penyebab  kebakaran. Bahan seperti ini memerlukan  pengelolaan yang memadai : penyimpanan  dalam tabung tertutup, terpisah dari bahan  lain, diberi sekat dari bahan tahan api, ruang  penyimpanan terbuka atau dengan ventilasi  yang cukup serta dipasang detektor  kebocoran. Selain itu kewaspadaan diperlukan  bagi bahan-bahan yang berada pada suhu  tinggi, bahan yang bersifat mengoksidasi, bahan yang jika bertemu dengan air  menghasilkan gas yang mudah terbakar (karbit), bahan yang relatif mudah terbakar  seperti batu bara, kayu kering, kertas, plastik,cat, kapuk, kain, karet, jerami, sampah  kering, serta bahan-bahan yang mudah meledak pada bentuk serbuk atau debu

C. Pengendalian Titik nyala
Sumber titik nyala yang paling banyak adalah api terbuka seperti nyala api  kompor, pemanas, lampu minyak, api rokok, api pembakaran sampah dsb. Api terbuka  tersebut bila memang diperlukan harus dijauhkan dari bahan yang mudah terbakar.  Sumber penyalaan yang lain : benda membara, bunga api, petir, reaksi eksoterm,  timbulnya bara api juga terjadi karena gesekan benda dalam waktu relatif lama, atau  terjadi hubung singkat rangkaian l

D. Klasifikasi Kebakaran
Berdasar Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau pengelompokan  jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media  pemadam kebakaran yang sesuai. Pengelompokan itu adalah :
1.      Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam, seperti : kertas,kayu, tekstil, plastik, karet, busa dll. yang sejenis dengan itu.
2.      Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar,  seperti : bensin, aspal,gemuk, minyak, alkohol, LPG dll. yang sejenis dengan itu.
3.      Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan
4.      Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti : aluminium,  magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu.

E. Sebab-sebab Kebakaran
1.      Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian  pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran;  kurang hati menggunakan alat dan  bahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2.      Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari,  letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
3.      Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana  bahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya yang mudah  meledak atau terbakar.
4.      Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari  keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis  pertempuran dengan jalan bumi hangus.

F. Peralatan Pemadaman Kebakaran
Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan  pemadam kebakaran yang  sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di  tempat yang bersangkutan.
1.      Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
a.       Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect),  sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
b.      Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar  menggunakan sekop atau ember
c.       Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya  minimal 2 kali luas potensi api.
d.      Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

2.      Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR  adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk  memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai  dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam),  serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti  benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.
Karakteristik APAR :
1)      APAR jenis tertentu bukan merupakan  pemadam untuk segala jenis  kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi  jenis bahan terbakar.
2)      APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi  ideal dioperasikan pada suhu kamar
3)      Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus  menerus 8 detik.
4)      Bila telah dipakai harus diisi ulang
5)      Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

3.      Alat Pemadam Kebakaran Besar
Alat-alat ini ada yang  dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis.
a.       Sistem hidran mempergunakan air sebagai pemadam api. Terdiri dari  pompa, saluran air, pilar hidran (di luar  gedung), boks hidran (dalam gedung) berisi : slang landas, pipa kopel, pipa semprot dan kumparan slang
b.      Sistem penyembur api  (sprinkler system), kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran.
c.       Sistem pemadam dengan gas.

G. Pedoman Singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran
1.      Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb.  Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.
2.      Siagakan APAR selalu siap pakai
3.      Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan  terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.
4.      Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.
5.      Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.

H. Fasilitas Penunjang
Keberhasilan pemadaman kebakaran juga ditentukan oleh keberadaan fasilitas  penunjang yang memadai, antara lain :
1.     Fire alarm secara otomatis akan mempercepat diketahuinya peristiwa kebakaran.  Beberapa kebakaran terlambat diketahui karena tidak ada  fire alarm, bila api  terlanjur besar maka makin sulit memadamkannya.
2.     Jalan petugas, diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan  pemadam kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu jalan yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk itu diperlukan  fasilitas :
a.       Daun pintu dapat dibuka keluar
b.      Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci
c.       Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit

I.  Tindakan Evakuasi Pada Kebakaran
a.       Bunyi Alarm Pertama
1.      Tetaplah tenang dan bersiaplah untuk evakuasi.
2.      Hentikan semua kegiatan kantor Anda.
3.      Matikan semua peralaan listrik dan cabut kabel powernya.
4.      Tutup semua pintu dan jendela tapi jangan dikunci.
b.      Bunyi alarm kedua dan terus menerus
1.      Evakuasi keseluruhan diperlukan. Berjalanlah, JANGAN BERLARI  ke tangga darurat terdekat dan mulai turun ke lantai dasar. Tutup pintu dan jendela saat anda meninggalkan ruangan . Ikuti petunjuk petugas.
2.      JANGAN GUNAKAN LIFT SELAMA KEBAKARAN.
3.      Tinggalkan gedung dan segera menuju tempat berkumpul yang telah ditentukan.
4.      Jangan kembali masuk gedung kecuali telah diperbolehkan oleh petugas.
c.       Jika Anda terjebak dalam suatu ruangan :
1.      Tutuplah pintu agar api tidak menuju kearah anda.
2.      Tempatkan kain basah di bawah diantara daun pintu untuk mencegah asap masuk ruangan.
3.      Hubungi/telpon petugas.
4.      Beri tanda dari jendela anda tetapi jangan pecahkan kaca kecuali terpaksa (terbukanya kaca akan membuat asap dan api masuk ke ruangan Anda karena adanya tambahan oksigen baru).
J.  Pertolongan Pertama Pada Kebakaran / Medis
1.      Tetap tenang.
2.      Lakukan tindakan-tindakan penyelamatan nyawa sejauh diperlukan.
3.      Hubungi bagian Medical emergency.
4.      Jangan memindahkan orang yang terluka kecuali jika resiko tetap  di tempat akan lebih besar.
5.      Jagalah agar orang yang terluka merasa nyaman dan hangat.
6.      Peringatkan orang lain agar menjauh dari area tersebut.
7.       Tutuplah semua pintu menuju area tersebut. Setelah semua orang dievakuasi




Daftar Pustaka
Higene Perusahaan dan Kesehatan kerja : Dr. Suma’mur PK, M.Sc, Gunung Agung,
Jakarta,
Introduction to  Industrrial Hygiene  : Ronald M Scott, Lewis Publisher, London,
1995
Ergonomic Checkpoints : International Labour Office, Geneva, 1996